Video Matematika »
Belajar matematika dengan menggunakan video dari youtube.Kunjungi segera! http://video-matematika.blogspot.com/
Home » » Filosofi Kurikulum 2013, Eklektisisme.

Filosofi Kurikulum 2013, Eklektisisme.

Written By Amin Herwansyah on 8 Apr 2013 | 20.04

Masih banyak para ahli dan pengamat pendidikan di Indonesia memperbincangkan tentang kurikulum 2013 yang akan dicoba sekitar bulan Juni nanti . Pro dan kontra tentang kurikulum mulai dari sisi biaya, filosofis dan yang lainnya. Ada hal yang menarik yang dikemukan oleh pemerhati pendidikan, Bapak Doni Koesoema A di Kompas dot com. Bahwa  kurikulum 2013 adalah menganut filosofi eklektisisme .

Kita lihat definisi tentang eklektisisme yang saya ambil dari Wikipedia dan Britanica ensiklopedia, yaitu :
Eclecticism is a conceptual approach that does not hold rigidly to a single paradigm or set of assumptions, but instead draws upon multiple theories, styles, or ideas to gain complementary insights into a subject, or applies different theories in particular cases. It can sometimes seem inelegant or lacking in simplicity, and eclectics are sometimes criticized for lack of consistency in their thinking.


Eclecticism,  (from Greek eklektikos, “selective”), in philosophy and theology, the practice of selecting doctrines from different systems of thought without adopting the whole parent system for each doctrine. It is distinct from syncretism—the attempt to reconcile or combine systems—inasmuch as it leaves the contradictions between them unresolved.

Filsafat eklektik pada hakikatnya adalah ingin memilih yang terbaik dari banyak pendekatan. Istilah ini secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu eklektikos, yang artinya memilih atau menyeleksi. Eklektik adalah menggabungkan hal-hal yang berbeda, yang sebenarnya tidak cocok satu sama lain, jadi satu mosaik tersendiri. 

Pendekatan tidak melihat bahwa hal-hal yang dipilih itu secara natural, fundamental, cocok dan dapat diintegrasikan, tetapi sekadar menggabung-gabungkan apa yang baik menjadi satu kesatuan. Karena itu, pendekatan eklektik sering kali dianggap sebagai pendekatan yang tidak elegan, gabungan kompleks yang tidak jelas, jauh dari kesederhanaan berpikir secara nalar, serta sering kali dianggap tidak memiliki konsistensi dalam pemikiran.

Menurut Dodi :  inkonsistensi pemikiran dan pemaksaan sebuah ide dalam sebuah sistem besar Kurikulum 2013 adalah sebuah keniscayaan karena pilihan pendesainnya bertumpu pada filsafat eklektik. 

Karena itu, tidak heran ketika bunyi salah satu butir KD dalam matematika adalah seperti ini: ”Menunjukkan perilaku patuh, tertib, dan mengikuti aturan dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan sesuai secara efektif dengan memerhatikan nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan.” Inilah integrasi antara pendidikan karakter dan matematika!


Share this article :

+ Komentar + 2 Komentar

14 Mei 2013, 13.23.00

Terimakasih pak,

17 Jul 2013, 22.03.00

terima kasih juga atas kedatangannya ke blog ini.

Posting Komentar

 
Support : VidMath | SMANSA BEDA | PGRI Citamiang
Copyright © 2011. Media Matematik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger